• Jelajahi

    Copyright © HES Media
    Berita aktual tepercaya

    Kanal Video

    Ini Bukti Hubungan Sejarah Purwakarta Dengan Kerajaan Sumedang Larang

    Jumat, 01 Maret 2024


    HESmedia.id-Pendiri Purwakarta, R.A.A. Suriawinata, yang dikenal dengan julukan *Dalem Sholawat* merupakan sosok yang memiliki Nasab yang istimewa dan terhormat. 


    Dari garis nenek, yaitu Ratu Syarifah seorang Puteri keturunan dari Raja Banten, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa notabene keturunan dari pendiri kerajaan Banten, yaitu Sultan Maulana Hasanuddin yang adalah merupakan putra dari Sunan Gunung Jati / Sultan Syarif Hidayatullah, salah satu Wali Songo yang bernasab ke Baginda Rasulullah Muhammad SAW, Nabi terakhir Ummat Islam. 


    Sunan Gunung Jati merupakan hasil pernikahan dari Nyai Rara Santang putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi, Raja Padjadjaran dengan Syarif Abdullah Umdatuddin yang bernasab ke Rasulullah SAW.


    Dalem Sholawat pun mewarisi darah Raja Sunda yang semakin menguat dari garis kakek, yaitu R.H. Muhammad Thohir yang bernasab ke Prabu Siliwangi  hingga ke leluhur di atasnya yaitu raja raja terdahulu yang berkuasa di tataran Sunda.


    Dari Trah Raja Sunda ini, Dalem Sholawat, sosok kharismatik dan relijius yang memberikan nama Purwakarta serta merintis keberadaan Purwakarta dari awal ini, memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Sumedang Larang, dengan tokohnya yang sangat berpengaruh yaitu Prabu Geusan Ulun, yang namanya dijadikan Museum  / Museum Prabu Geusan Ulun yang bertempat di bekas Keraton Sumedang Larang, di mana Prabu Geusan Ulun memerintah.


    Pada masa Prabu Geusan Ulun inilah, di mana pada saat itu Kerajaan Sunda Padjadjaran yang menjadi induk dari semua kerajaan di tatar Sunda, termasuk  Sumedang Larang, sedang mengalami masa akhir kejayaannya akibat dari menguatnya pengaruh Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten.



    Di akhir masa kejayaan tersebut, Raja Sunda Padjadjaran yang terakhir, yaitu Prabu Surya Kencana ( memerintah dari tahun 1567 M hingga 1579 M ) pada saat sebelum meninggalkan istana dan memutuskan menetap bersama para punggawa nya di sebuah tempat terisolir di Lebak, Banten, yang sekarang dikenal sebagai wilayah Suku Baduy Dalam. 


    Sang Prabu menghibahkan sejumlah pusaka peninggalan kerajaan kepada kerajaan bawahannya, yaitu Sumedang Larang yang dipimpin Prabu Geusan Ulun. 


    Di antara sejumlah pusaka yang kini disimpan di Keraton Sumedang / Museum Prabu Geusan Ulun adalah Mahkota Binokasih, yang telah digunakan oleh raja raja sunda tertua termasuk oleh Prabu Siliwangi. 


    Kerajaan Sumedang Larang, praktis menjadi penerus kerajaan di tatar Sunda, setelah masa kejayaan Padjadjaran berakhir.


    Historikal hubungan kekerabatan pendiri Purwakarta dengan Keraton Sumedang ini dilegitimasi oleh keterangan dari Generasi ke-7 Dalem Sholawat, Raden Muhammad Padmanegara.


    Sementara, Koordinator BELA PURWAKARTA, Aa Komara Cakradiparta menuturkan bahwa pihaknya akan melaksanakan *Touring Bersejarah* ke Keraton Sumedang / Museum Prabu Geusan Ulun pada Minggu 3 Maret 2024, dengan titik keberangkatan dari Gedung Bersejarah yang menjadi Saksi Bisu berdirinya Purwakarta, yaitu Gedung Karesidenan yang berusia sekitar 2 Abad. Rencananya Touring bersejarah ini akan dilepas oleh Kabid Kebudayaan Disporaparbud, Wawan Supriatna.


    " Touring Bersejarah ini di inisiasi oleh Komunitas Asep Asep Kab. Purwakarta, salah satu komunitas yang bersilaturahmi di BELA PURWAKARTA. Namun dalam perkembangannya, Kami melihat konten kegiatan ini sangat memiliki hubungan historis dengan Pendiri Purwakarta, yaitu Dalem Sholawat yang masih tersambung secara kekeluargaan dengan Keraton Sumedang. 


    Untuk itu Kami sangat mendukung serta memperluas kepesertaan Touring ini dengan melibatkan Lintas Komunitas / Kelompok Masyarakat.


    Untuk kegiatan Touring ini, Kami memberikan tema EKSPEDISI PURWACARITA #3, yang bermakna Penelusuran Awal Mula / Cerita Purwakarta, dalam konteks ini artinya Menelusuri Ikatan Sejarah Leluhur / Pendiri Purwakarta dengan Keraton Sumedang.


    Sebelumnya, Bela Purwakarta beserta lintas komunitas telah melaksanakan Ekspedisi Purwacarita #1 ke Kota Bogor. 


    Pada ekspedisi perdana ini, Tim Bela Purwakarta berziarah ke Makam Pendiri Purwakarta, Dalem Sholawat serta bersilaturahmi dengan keluarga besar Dalem Sholawat. 


    Dampak dari kegiatan tersebut, hubungan historis Purwakarta-Bogor terkuak lebih dalam dan terjalin lebih erat yang pada masa masa sebelumnya mengalami Fase "Pareumeun Obor" atau Kehilangan Jejak Sejarah. 


    Silaturahmi yang terus membaik ini ditindaklanjuti dengan keikutsertaan tim delegasi dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta dan sejumlah Tokoh Masyarakat Purwakarta, yang untuk pertama kalinya menghadiri Haul Dalem Sholawat ke-151 di Bogor pada tahun lalu. 


    Sebaliknya kemudian, dari keluarga besar Dalem Sholawat beberapa kali melaksanakan kunjungan balasan ke Purwakarta, di antaranya menemui keluarga besar Syekh Baing Yusuf, ulama besar yang melahirkan para muridnya menjadi ulama ulama termasyhur seperti Syekh Nawawi Al Bantani. 


    Syekh Baing Yusuf juga dikenal sebagai pendiri Masjid Agung Purwakarta yang kemudian dinamai Masjid Agung Baing Yusuf. Beliau merupakan saudara sepupu dari Dalem Sholawat dan sama sama berasal dari Bogor. 


    Pada masanya, Syekh Baing Yusuf merupakan Mitra Berjuang dari Dalem Sholawat pada saat merintis Purwakarta di mana keduanya saling Berbagi Peran.


    Dalem Sholawat berfokus dalam memimpin pemerintahan dan pembangunan, salah satu karya peninggalannya yang legendaris dan hingga saat ini dinikmati sebagai fasilitas umum, yaitu SITU BULEUD. 


    Sementara Syekh Baing Yusuf berfokus dalam menyebarkan ajaran Islam di Purwakarta.


    Kemudian untuk Pertama Kali nya dalam Sejarah, Keluarga Dalem Sholawat, yang diwakili oleh Generasi ke-7, Raden Muhammad Padmanegara beserta para kerabat menghadiri Sidang Paripurna Hari Jadi Purwakarta yang ke-192 di gedung DPRD Purwakarta pada tanggal 20 Juli 2023, yang mana tanggal 20 Juli tersebut dijadikan landasan pelaksanaan Hari Jadi Purwakarta berdasarkan Data dan Fakta Sejarah tentang disahkannya nama PURWAKARTA, yang di inisiasi oleh Dalem Sholawat, berdasarkan dokumen *Besluit* atau Surat Keputusan yang bertanggal 20 Juli 1831.


    Selanjutnya, Keluarga Dalem Sholawat untuk pertama kali nya pula menghadiri Perayaan Napak Tilas Sejarah Purwakarta di Wanayasa pada tahun 2023 lalu, yang mana Napak Tilas tersebut merupakan *moment* memperingati sejarah dipindahkannya Ibukota Karawang dari Wanayasa ke Purwakarta oleh Dalem Sholawat. Demikian Hikmah Positif dari kegiatan Ekspedisi Purwacarita #1.


    Selanjutnya pada Ekspedisi Purwacarita #2, Kami berziarah ke makam R.A.A. Surianata yang berjuluk *Dalem Santri* yang berada di kecamatan Wanayasa. 


    Beliau adalah Bupati Karawang dan tokoh relijius yang merupakan kakak dari R.A.A. Suriawinata atau Dalem Sholawat. 


    Dahulu, Purwakarta termasuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Karawang. Pada masa kepemimpinan Dalem Santri yang berasal dari Trah Padjadjaran di Bogor, ibukota Karawang sebagai Pusat Pemerintahan dipindahkan ke Wanayasa selama beberapa tahun hingga beliau wafat.


    Kemudian, Dalem Sholawat menggantikan beliau sebagai Bupati Karawang dan memerintah sejak tahun 1828 M hingga 1849 M.


    Di masa Dalem Sholawat, ibukota Karawang dipindahkan lagi dari Wanayasa ke Sindang Kasih yang kemudian ibu kota tersebut diberikan nama baru oleh beliau, yaitu PURWAKARTA dan seterusnya dipertahankan menjadi Nama kabupaten saat terpisah dengan Karawang.


    Peristiwa perpindahan ibukota tersebut yang kemudian menjadi landasan historis dirayakannya kegiatan Napak Tilas dari Wanayasa ke Purwakarta pada setiap tahunnya, sementara peristiwa disahkannya nama Purwakarta pada tanggal 20 Juli 1831, atas inisiatif Dalem Sholawat, kemudian menjadi landasan historis diperingatinya Hari Jadi Purwakarta pada setiap tanggal 20 Juli.


    Selanjutnya pada Ekspedisi Purwacarita #3 mendatang, semoga kegiatan ini dapat memperkuat Hubungan Bathin masyarakat Kabupaten Purwakarta dengan masyarakat Kabupaten Sumedang, dan di masa depan semakin terjalin hubungan kerjasama antar kedua kota dalam segala bidang. 


    Touring ini merupakan Jalan Pembuka bagi Hubungan Silaturahmi antara Purwakarta-Sumedang. Untuk itu, Mari ber-Kolaborasi menjadi Bagian dari Pelaku dan Saksi Sejarah Hubungan Persahabatan Purwakarta - Sumedang, dengan mengikuti Touring pada hari Minggu, 3 Maret 2024, pekan ini." Pungkas Komara.


    Kegiatan Ekspedisi Purwacarita #3 ini tidak dikenakan biaya pendaftaran / gratis. Informasi kepesertaan Touring Purwakarta - Keraton Sumedang dapat menghubungi Komunitas Asep Asep pada nomer whatsapp : 0812 8040 3146

    atau ke Humas Bela Purwakarta pada nomer : 0896 2563 4666. 


    Pihak panitia menginformasikan, Peserta Touring dapat menggunakan roda 2 atau roda 4. Titik keberangkatan akan bertempat di Gedong Karesidenan Purwakarta mulai pukul 07.00 WIB.


    Di tempat terpisah, Mitra Bela Purwakarta di kepengurusan IMI Pusat, Teddy Kurniawan, Direktur IMI ( Ikatan Motor Indonesia ) bidang Pembinaan dan Keanggotaan, menyatakan Dukungannya terhadap kegiatan Touring Bersejarah Purwakarta - Keraton Sumedang yang menurutnya sangat penuh dengan nilai nilai positif.


    Teddy Kurniawan menuturkan pihak IMI berencana menggerakan klub klub Motor Besar untuk turut serta bergabung menyukseskan giat Touring tersebut.


    Eld(hm) 

    Kolom netizen >>>

    Buka kolom netizen

    Berita Terbaru